Selasa, 25 Desember 2007

Uang, Kekuasaan, Hegemoni Sepak Bola

Sepakbola saat ini bukan hanyalah sebagai sebuah atraksi pertunjukan keindahan para maestro bola ditengah lapangan namun diluar lapangan telah menjadi ladang uang yang menggiurkan bagi para investor.

Klub-klub besar di Eropa, terutama klub yang tergabung didalam G-18 berlomba-lomba mendatangkan para pemain bintang untik bermain bagi klubnya, jaminan prestasi, penjualan kaus dan pernak pernik klub tersebut maupun hadiah uang dan pembayaran kontrak dari televisi yang semakin naik setiap tahun membuat mereka berusaha menjadi yang terkuat dan menanamkan hegemoninya di Eropa.

Sampai pertengan era 80an, sebuah klub masih dijalan kan secara konvensional, prestasi dan banyak nya trofi di lemari serta diseganinya klub yang ia miliki oleh klub lain adalah indikator kesuksesan dan kepuasaan bagi para pemilik klub di Eropa. Seiring dengan berjalannya waktu, bisnis sepakbola bukan hanya sekadar bisnis yang dijalankan secara amatir, ditambah lagi semakin bertambahnya uang yang bakal mereka peroleh lewat hak penyiaran televisi dan juga dari ajang liga Champions membuat klub berlomba lomba untuk menjadi yang terkuat dan memboyong para pemain bintang untuk bermain bagi klubnya.

Di Italia, Silvio Berlusconni bisa dikedepankan sebagai seorang yang mau menanamkan modalnya pada sebuah klub yang sakit, yaitu AC MILAN pada periode pertengahan 80an, AC MILAN telah 2x degradasi dalam waktu yang singkat yang diawali oleh kasus pengaturan skors pertandingan. Ia menanamkan modal yang besar pada masa itu, ia memikat duo belanda, Ruud Gullit dari PSV Eindhoveen dan Marco Van Basten dari AJAX agar bermain di San Siro, dan mengangkat Arigo Sacchi sebagai pelatih. Setahun kemudian ia boyong Frank Rijkaard ke San Siro. Modal yang ia tanam dalam 3 tahun telah membuat AC MILAN menjadi sebuah klub raksasa yang disegani di Eropa, bahkan pada akhir 80an sampai dengan awal 90an AC Milan dikenal sebagai The Dream Team.

Kubu seteru Milan satu kota, Inter Milan yang dimiliki oleh Massimo Morrati yang menyambung estafet kepemimpinan dari Ayahnya yang meninggal dunia, pada awal tahun 90an berusaha membangun Hegemoni Inter Milan di Italia dan Eropa, Milyaran Lira ia keluarkan, dari memboyong trio Jerman yang membawa Intermilan scudetto pada awal thn 90an sampai dengan nama besar seperti Ronaldo, Hernan Crespo dan yang teranyar adalah Zlatan Ibrahimovic.

Sergio Cragnotti, seorang taipan Italia pemilik Lazio mencoba mengikuti jejak kedua temannya itu, ia berusaha membuat Lazio sebagai klub besar dan berpengaruh di Italia, Ia menghamburkan uang dalam jumlah yang sangat besar, dari Almeyda,Sebastian Veron sampai dengan Hernan Crespo dan nama besar lainnya ia gaet ke Lazio, namun Lazio tidak seberuntung AC Milan dan Inter Milan, Cragnotti hanya sukses mendapat 1 scudetto pada masa kepelatihan Svenn Goran Eriksson, yang kini melatih Manchester City, Lazio dan Cragnotti mengalami kebangkrutan dan Ia mendapat dakwaan dalam kasus penggelapan Pajak.

Uang, Kekuasaan dan Hegemoni di Sepakbola menjadi daya magnet yang besar saat ini dan dengan mengakuisisi sebuah klub besar maka berarti modal yang mereka tanamkan akan kembali dengan cepat. Hal seperti itu yang dilakukan oleh para pengusaha asal Amerika saat mereka membeli mayoritas saham Manchester United dan Liverpool, jaminan prestasi dan perputaran uang yang cepat membuat mereka tidak sungkan untuk membelikan dana belanja pemain yang besar untuk klub tersebut.

Liga Inggris menjadi marak oleh hadirnya pemain bintang saat taipan asal rusia, Roman Abrahamovic mengakuisisi Chelsea, sebuah klub yang sedang mengalami krisis keuangan, dari sebuah klub yang hampir tak mampu membayar gaji para pemainnya menjadi sebuah klub dengan dana tak terbatas untuk membeli pemain.

Pemain bintang berlabel harga yang wah sampai Maurinho, pelatih Porto yang baru meraih tropi liga champion ia boyong ke Stamford Bridge, hasilnya Chelsea berhasil meraih 2x tropy premier liga, sebuah gelar yang lama mereka nantikan, penantian panjang lebih dari 30 thn. sedangkan tropy Liga Champion masih butuh waktu sebagai jawabannya.

Taipan teranyar yang coba merasakan manis nya mengeruk pundi-pundi dari dunia sepakbola adalah mantan perdana mentri Thailand dan juga seorang pengusaha, Thaksin Sinawatra, ia berusaha membuat Manchester City meraih prestasi beberapa tahun kedepan, langkah pertama yang ia lakukan adalah mengangkat Svenn Goran Eriksson sebagai pelatih tim yang baru dimilikinya.

Bagaimana dengan di Spanyol?

Spanyol sejak dahulu adalah surga bagi pemain sepakbiola, rata-rata pemain bintang pasti pernah merumput di sana, dari Maradona yang diboyong oleh Barcelona, Ronaldo yang dibajak Barca dari PSV sampai dengan yang sekarang seperti nama nama Ronaldinho, Messi atau pun Van Nisterloy di kubu Real Madrid.

Baik Kubu Madrid maupun Barca ditangani secara profesional oleh sebuah Konsorsium dimana para pemegang saham nya setiap tahun melakukan pemilihan ketua, mereka telah lebih dahulu maju dibandingkan klub-klub yang berada di Inggris ataupun Italia, sebab mereka sudah seperti menjalankan sebuah perusahaan saja. Dan filosofi dari sebuah perusahaan sepakbola adalah Prestasi dan Keuntungan yang besar untuk mereka.

Sepak Bola telah menjadi hegemoni dan kekuasaan bagi beberapa klub besar, jurang pemisah antara mereka sangat jauh dengan klub klub medioker, yang besar semakin besar dan yang kecil hanyalah sebagai penggembira saja.


Juve Minta Bantuan Suporter

Dalam dua hari ini publik Italia berdebar-debar menanti putusan akhir Pengadilan Federal Italia yang menangani upaya banding empat klub terkait putusan Calciopoli yang diumumkan Cesare Ruperto, 14 Juli lalu. Juventus merupakan klub yang paling disorot karena mendapat hukuman yang paling berat dibanding tiga klub lainnya, Fiorentina, Lazio, dan AC Milan. Hampir dipastikan, di musim 2006-07 Juve akan berlaga di Liga Serie B. Yang masih jadi tanda tanya, apakah permohonan pengacara klub yang meminta hukuman pengurangan poin ditiadakan dikabulkan pengadilan.

Menghadapi situasi buruk yang menerpa klubnya, Presiden Juventus, Giovanni Cobolli Gigli meminta dukungan dan loyalitas para pendukung Bianconeri. “Inilah waktu yang sulit bagi kita semua. Untuk itu, kami membutuhkan antusiasme dan semangat lebih dari para pendukung klub,” kata Gigli, seperti yang dilansir di situs resmi klub, seusai melakukan pertandingan persahabatan dengan klub lokal di Alessandria, Sabtu, 22 Juli. “Kami percaya dengan apa yang sedang kami lakukan. Memang, situasi terkini yang mendikte klub. Tapi, ingatlah kami selalu berupaya keras untuk kemenangan Juventus,” ujarnya.

Optimisme Gigli didukung dengan loyalitas yang ditunjukkan segelintir pemain bintang La Vecchia Signora yang telah menyatakan akan tetap tinggal dan merumput di Delle Alpi, seperti Alessandro Del Piero, Pavel Nedved, dan Gianluigi Buffon. Juve pun berhasil menggaet striker muda Bulgaria, Valerie Bojinov, dan kembalinya beberapa pemain pilar yang sempat “dibuang” seperti Igor Tudor dan Nicola Legrottaglie.

Meski demikian, Gigli tidak menepis kesulitan yang akan dihadapi klubnya terkait putusan Calciopoli itu. “Adalah benar jika tim terpaksa harus bermain di Serie B, maka kami akan menghadapi masalah finansial klub,” kata Gigli.

Untuk itu, Gigli tetap berharap, upaya banding klubnya dapat direspons positif oleh Pengadilan Federal Italia. “Saya sendiri masih percaya kami layak bermain di Serie A dengan hukuman pengurangan poin. Tapi, itu sulit untuk terwujud mengingat tuntutan jaksa (ke Serie C1). Saya berharap hukuman itu dapat dikurangi. Jika kami bermain di Serie B tanpa pengurangan poin, situasi para pemain pun pastinya akan berubah,” kata Gigli. “Beberapa pemain mungkin akan menerima keadaan tersebut, namun tidak begitu dengan sebagian pemain lainnya, terutama yang telah mendekati akhir karirnya,” ujar Gigli.

Akan tetapi, Gigli menambahkan, “Andaikata kami harus bermain di Serie B dengan pengurangan 30 poin, maka kami akan berupaya semaksimal mungkin untuk dapat langsung promosi dalam musim pertama. Jika kami berhasil (meraih prestasi seperti itu) maka kesuksesan itu sama harganya dengan torehan meraih gelar Liga Champions tiga kali.”

Rusuh Kisruh

Oleh Sinyo Setiabudi

Saya tak habis pikir, entah kenapa sepak bola indentik dengan ribut-ribut alias kerusuhan. Tidak hanya di Indonesia, yang menurut saya justru tak jadi berita jika tak ada kerusuhan, tapi juga di luar sana.

Liga Primer Inggris, La Liga Spanyol, Bundesliga Jerman, Eridivisie Belanda juga Ligue 1 Prancis tak luput dari yang namanya berantem antar penonton.

Terakhir seorang polisi Italia berusia 38 tahun, Filippo Raciti, tewas pada kerusuhan pertandingan Seri A Italia derby Sisiia antara Palermo dan Catania.

Raciti, kata koran-koran Italia sana, tewas terkena lemparan bom molotov. Hasil otopsi menunjukkan Raciti juga mengalami kerusakan pada bagian hati akibat lemparan batu dan pukulan benda tumpul.

Tragis? Pasti. Lha wong yang main di lapangan kok yang tewas di luar lapangan.

Sebenarnya lucu juga memikirkan apa penyebab para penonton berkelahi. Padahal yang wara-wiri, yang berebut bola, yang tendang-tendangan, yang slaiding-sladingan, yang sikut-sikutan justru 20 pemain yang di lapangan. Dua lainnya, alias kiper, lebih banyak ngendon di bawah gawang.

Okelah. Tapi tentunya akan lebih lucu lagi kalau pertandingan sepak bola tidak ada penontonnya. Nonton bola di stadion tapi anteng-anteng duduk di bangku tentu juga aneh rasanya. Padahal nikmatnya nonton langsung, ya itu tadi, teriak-teriak.

Nah, susahnya kalo udah kelewatan fanatis dan kelewatan teriak-teriak. Bututnya ejek-ejekan, jelek-jeleke, timpuk-timpukan, gontok-gontokan. Halah, cape deh!!!

Jadi gimana dong? Saya sih lebih memilih duduk di sofa, ditemani secangkir kopi panas, singkong goreng dan–kalo mau–teriak-teriak di depan televisi sepuasnya.




KISAH HEROIK SUPORTER BOLA

Laki-laki muda itu sudah menjadi suporter fanatik klub sepakbola
kotanya sejak masih anak-anak. Ia lahir dan tinggal di Malang, Jawa
Timur, dan klub sepakbola itu bernama Arema (Arek Malang). Yuli
Sugianto adalah salah satu suporter paling populer di kalangan
Aremania, sebutan bagi suporter Arema. Bersama suporter Persebaya
(Persatuan Sepakbola Surabaya) yang disebut Bonek (bondo nekat,
modal nekat), Aremania terkenal sebagai suporter palig fanatik dalam
sejarah sepakbola Indonesia.

Yuli berkisah sudah sejak anak-anak ia selalu berusaha melakuka apa
saja demi menonton pertandingan Arema. Semasa duduk di bangku Sekolah
Menengah Pertama (SMP) misalnya, jika tak ingin terlambat datang ke
stadion, ia harus membolos sekolah sore. Dan jika pertandingan
berlangsung di luar kota, itu berarti ia harus siap sejak pagi,
bersiap menunggu di pinggir jalan raya, dan siap melompat ke dalam
bak truk atau mobil angkutan barang lain untuk menuju kota tujuan.

Sekarang Yuli adalah dirigen Aremania. Seorang sirigen, layaknya
seorang konduktor dalam pertunjukan orkestra, adalah orang yang
memimpin para suporter untuk menyanyi dan menari dalam sebuah
pertandingan sepakbola. Seorang dirigen menentukan lagu mana yang
harus dinyanyikan dan gerakan tubuh macam apa yang mesti dilakukan.
Aremania punya dua dirigen. Selain Yuli juga da Yosep, yang biasa
dipanggil Kepet.

Di kalangan Aremania, dirigen dipilih dengan cara yang tidak terlalu
rumit. Tidak ada pemungutan sura yang berlangsung dengan ketat.
Seseorang dipilih menjadi dirigen karena penampilan fisiknya yang
menarik (ceria, nyentrik, dll.), kemampuannya berkomunikasi dengan
suporter lain, dan kemampuannya membangkitkan semangat suporter untuk
terus memotivasi tim yang didukungnya. Oleh sejumlah supoter seorang
dirigen ditunjuk dengan cara yang sulit dijelaskan, hampir kebetulan
saja, sebelum sebuah pertandingan sepakbola dimainkan. Tetapi begitu
seorang dirigen terpilih, jabatan itu akan disandangnya terus, tanpa
batas waktu yang jelas, sampai ia mengundurkan diri atau kehilangan
kemampuan untuk memimpin. Begitulah, tujuh tahun lalu dan Kepet
terpilih begitu saja sebagai dirigen Aremania. Dana hanya kepda
mereka berdualan 30 ribuan Aremania mau tunduk. "Mungkin saya dipilih
karena berambut gonrong dan suka menari sambil memanjat pagar
pembatas lapangan. Kalau Kepet mungkin karena ia punya banyak teman.
Ia kan tinggal dekat stadion," kata Yuli.

Di Stadion Gajayan Malang, markas Arema, Yuli dan Kepet mesti berbagi
wilayah kekuasaan. Wilayah kekuasaan Yuli adalah tribun bagian timur,
tepat di bawah papan skor. Wilayah Kepet adalah tribun bagian
selatan. Sementara tribun VIP dibiarkan tanpa dirigen.

Pertandingan sepakbola biasanya dimulai jam 4 sore, tetapi para
suporter sudah memadati stadion sejak 2 jam sebelumnya. Mereka
memainkan genderang, terompet, menyanyi, menari dan menyulut kembang
api dan petasan. Sebelum dirigen datang, atraksi-atraksi ini
berlangsung sporadis, dalam kelompok-kelompok kecil, dan tidak
kompak. Tetapi begitu mereka melihat kedatangan Yuli dan Kepet,
secara otomatis semuanya akan bertepuk tangan dan bertempik-sorak
seperti menyambut kedatangan presiden mereka. Yuli dan Kepet
tersenyum, dan begitu mereka melambaikan tangan, ribuan suporter ini
menjadi lebih tenang. Semua musik, lagu, dan tarian dihentikan. Yuli
dan Kepet akan segera menaiki singgasana mereka, yaitu pagar besi
pembatas lapangan setinggi 2 meter. Mreka mulai menjalankan tugasnya;
sambil berdiri di atas pagar menghadap ke tribun penonton mereka
menggerakkan tangan dan kaki, memiringkan dan memutar tubuhnya ke
kiri, kanan, depan, dan belakang sebagai alat untuk memberi aba-aba.
Ribuan penonton menjadi kompak dan memainkan musik, menyanyi, dan
menari. Semuanya mengikuti aba-aba dan contoh gerakan yang dilakukan
Yuli dan Kepet.

Sepuluh menit sebelum pertandingan dimulai, Yuli dan Kepet memberi
aba-aba berhenti. Kalau mereka sudah menaikkan tangan kanan ke atas,
itu artinya tarian akan berhenti dan para suporter akan segera
menyanyikan lagu Padamu Negeri.[1] Para pemain memasuki lapangan,
wasit meniup peluit, pertandingan segera dimulai, tarian dan lagu
dimainkan kembali. Karena atraksi-atraksinya yang menarik, Arema
pernah memenangi penghargaan suporter terbaik dari Persatuan
Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).

Satu-satunya kelompok suporter besar yang mandiri adalah
Aremania. Klub dan Pemda tidak memberi bantuan dana atau berkeinginan
membuat organisasi formal untuk suporter. Para suporter tetap membuat
kelompoknya sendiri dengan keinginan mereka sendiri, kelompok-
kelompok ini mereka sebut dengan Korwil (Koordinator Wiyalah). Di
Malang sekarang ini sekurang-kurangnya ada 125 Korwil Aremania. Tiap
Korwil punya seorang ketua yang hanya bertugas mengumpulkan suporter
di wilayahnya menjelang Arema bertanding. "Tidak perlu organisasi-
organisasian. Kalau ada organisasi itu repot, nanti malah diatur-
atur, disuruh begini, disuruh begitu, bayar ini, bayar itu. Apalagi
kalau sampai dikait-kaitkan sama partai politik segala," kata Ponidi-
dikenal sebagai Tembel-Ketua Korwil Stasiun. Meski tiap Korwil punya
ciri khas sendiri, yang ditandai dengan bendera, sapanduk, seragam,
dan dandanannya, komando di stadion tetap ada di tangan dirigen.
Hanya Yuli dan Kepet yang mampu mengatur dan menenangkan
merea. "Pengurus klub atau walikota sekalipun tidak akan bisa ada
artinya bagi suporter. Dia tak akan mampu mengatur 30 ribu orang.
Tapi begitu Yuli atau Kepet yang ngomong, ya semuanya manut," jelas
Tembel.

Yuli adalah pemuda dari keluarga miskin yang tinggal di sebuah
kampung di bagian timur Malang. Sebelum menjadi dirigen Aremania,
sejak lulus dari sebuah Madarasah Aliyah, Yuli bekerja sebagai
pencuci mikrolet-angkutan umum dalam kota. Ia biasa bekerja dari jam
4 sore hingga jam 12 malam, dari pekerjaannya, dalam sehari Yuli bisa
memeroleh 10 ribu hingga 15 ribu rupiah.

Sejak menjadi dirigen, Yuli praktis berhenti bekerja. Menurutnya
pilihan ini adalah saran orangtuanya yang tak tahan melihat Yuli
menghabiskan hampir semua waktunya untuk mengurusi sepakbola,
sepakbola, dan sepakbola. Ia kini menggantungkan hidupnya pada
orangtuanya. Bapaknya, Asip, bekerja sebagai tukang kayu panggilan.
Semenntara ibunya, Juwariyah, mendapatkan uang dengan menjual makanan
rumahan bikinannya ke warung-warung di sekitar kampungnya.

Jika Liga sedang berjalan-yang berarti setiap minggu hampir selalu
saja ada pertandingan sepakbola-Yuli harus menyisihkan sedikit jatah
uang rokoknya agar bisa membeli tiket dan masuk stadion. Tetapi kalau
kondisi keuangan keluarganya yang benar-benar sulit, Yuli kadang
terpaksa menjual asesoris-asesoris suporternya untuk bisa membeli
tiket. Tak jarang ia harus merelakan kaus atau syal kesayangannya
dengan harga 10 hingga 20 ribu rupiah. "Sebenarnya sedih juga, karena
barang-barang itu punya nilai sejarah bagi saya. Tapi saya akan lebih
sedih lagi kalau tidak bisa masuk ke stadion dan menjadi dirigen bagi
teman-teman," katanya. Kadang-kadang Yuli juga membantu menjual tiket
pertandingan. Beberapa hari sebelum pertandingan Yuli akan mengambil
tiket di Mess Arema. Untuk tiap tiket seharga 10 ribu rupiah bisa
dijualnya ia mendapat bagian 10 persen atau seribu rupiah. Agar bisa
nonton pertandingan sekurang-kurangnya Yuli harus bisa menjual 10
tiket.

Seperti kebanyakan pemuda kota yang tinggal di kampung padat dan
miskin, Yuli gemar sepakbola dan sering terlibat tawuran (perkelahian
massal) antarkampung. "Buat saya dulu tawuran adalah bagian dari
sepakbola. Sepakbola nggak ada tawuran seperti sepakbola ban**," kata
Yuli. Ia kemudian bercerita, beberapa tahun lalu-sebelum menjadi
dirigen-bersama 30 temannya ia datang ke Jakarta untuk melihat Arema
bertanding. Ia berangkat dari rumah dengan sudah menyiapkan sebilah
pedang. "Waktu itu, ini perlengkapan standar," katanya. Di Jakarta ia
terlibat bentrokan dengan kelompok Bonek di depan Stasiun Pasar
Senen. Mula-mula hanya saling melempar batu, tapi kemudian menjadi
saling kejar, memukul dengan potongan kayu atau besi, bahkan hingga
sabetan pedang. "Yang saya ingat, keesokan harinya saya baca di koran
ternyata ada 3 orang Bonek yang mati. Sementara kami semua selamat,"
katanya.

Yuli kini ingin melupakan masa lalunya. Di ruang tamu rumahnya yang
sempit, ia memasang dotonya ketika bersalaman dengan Ketua PSSI Agum
Gumelar. Di foto itu, Yuli-berambut gondrong dan berkaus Arema warna
biru-tampak tersenyum bangga. Katanya, "Saya diundang di acara
pembukaan Liga Indonesia dan dikirimi tiket pesawat untuk hadir
mewakili suporter".

Karena tak bekerja, sehari-hari Yuli menghabiskan waktunya dengan
nongkrong sja. Saya ingat waktu bertemu dengannya pertama kali tiga
tahun lalu, ia tengah nongkrong di Salon Cimenk yang terletak
beberapa ratus meter saja dari rumahnya. Didik, pemilik salon ini,
adalah teman Yuli sesama Aremania. Ketika saya datang rupanya mereka
sedang membicarakan rencana menjahit pakain dirigen baru buat Yuli.
Untuk urusan dandanan Yuli mengaku memang sering dibantu Didik.
Sekali mencat rambut ia cuma akan membayar 10 atau 20 ribu. Tapi Yuli
lebih sering tak membyara, karena ia memang jarang punya cukup uang.
Suatu ketika karena merasa sungkan dan terlalu sering tidak membayar,
sebelum berangkat ke stadion Yuli pernah mencat saja rambut
gondrongnya dengan cat kayu, warna biru. Jelasnya, "Agar mudah
membersihkannya, saya lumuri dulu rambut saya dengan minyak goreng,
setelah itu baru saya cat. Saya ingin selalu bisa menarik perhatian
di lapangan."

Yuli punya cukup banyak koleksi asesoris Aremania. Dengan bersemangat
ia menunjukkan koleksi kaus dan pakaian dirigennya pada saya. Yuli
punya macam-macam kaus Arema, dari kaus seperti yang dipakai para
pemain-warna biru putih-sampai kaus-kaus bergambar kepala singa,
lambang Arema, yang memang punya julukan sebagai tim Singo Edan
(singa gila). Kebanyakan kaus macam ini bertuliskan "Kera Ngalam"
atau "Ongis Nade". Keduanya adalah bahasa slang Malang yang
berarti "Arek Malang" dan "Singo Edan".

"Saya biasanya pakai kaus Arema, tapi bawahannya bisa ganti-ganti,
yang penting warna dan modelnya menyolok mata. Seorang teman suporter
pernah memberi saya pakaian Skotlandia," kata Yuli sembari
mengeluarkan pakaian bermotif kotak-kotak khas skotlandia dari
lemarinya. Sebentar kemudian ia mengeluarkan lagi beberapa pakaian,
dari yang berbahan kulit sintetis hingga kain sarung dan kain perca.
Hampir semua pakaian ini dirancang sendiri oleh Yuli. Biasanya ia
mendapat ide model-model pakaian baru setelah menonton pertandiangan
sepakbola Liga Italia atau Inggris di televisi.

Saya membuka-buka koleksi foto Yuli. Ia memberikan penjelasan detil
untuk tiap foto yang saya lihat. Ketika saya sampai pada sebuh foto
yang memerlihatkan sepasang lelaki dan perempuan berbaju pengantin,
sementara di sekelilingnya adalah laki-laki dan peremuan yang
semuanya berkaos biru Arema, Yuli menjelaskan bahwa itu adalah acara
pernikahan seorang Aremania. Ia malah menceritakan tentang seorang
Aremania lain yang naik haji ke Mekkas dengan membawa syal dan
bendera Arema.

Kamar Yuli kecil saja, 3 kali 3 meter. Dindingnya dicat biru,
dipenuhi poster dan macam-macam hiasan dinding yang berbau Arema.
Sebuah poster paling besar, kira-kira berukuran 1 kali 1,5 meter,
dibuat dengan teknik cetak yang baik, memerlihatkan gambar kepala
singa, foto tim Arema, dan ribuan suporter Arema. Bagian bawah poster
itu bertuliskan "Di saat prestasi bangsa Indonesia sedang terpuruk,
bumi pertiwi bersimbah darah, nusantara sedang tercabik, Aremania
melalui panggung sepakbola telah membuat jutaan pasang mata di layar
kaca terkagum oleh sportivitas," kemudian dilanjutkan dengan kalimat-
kalimat berbahasa Inggris, "Aremania, pride of the city, friendship
without frontier, footbal without violence, the incorporable
suporter, the incredible Malangese".

Di kamar ini Yuli mengarang tarian dan lagu-lagu buat Aremania.
Sebenarnya ia tak benar benar-benar mengarang, ia hanya memodifikasi
saja syair lagu-lagu yang sudah asa, sementara nada dan iramanya
tetap dipertahankan. Seumbernya bisa datang dari mana saja. Bisa
lagu-
lagu tentara Indonesia, lagu pop, lagu anak-anak, lagu pramuka, lagu
selamat ulang tahun, sampai lagu suporter Juventus, suporter
kesebalasan Cili, atau lagu marinir Amerika yang dilihatnya di film
atau televisi. Yuli hafal di luar kepala semua lagu yang berjumlah
30-an itu. Untuk tarian, Yuli mengaku sekenanya saja. Prinsipnya
adalah ia harus bisa membuat gerakan tubuh yang mudah ditirukan dan
dingat orang lain. Menurut Yuli, seringkali para suporter juga
memberikan usulan tarian dan lagu baru beberapa saat sebelum sebuah
pertandingan dimulai.

Kini orang ramai berdatangan ke Stadion Gajayan. Mereka datang bukan
hanya untuk sepakbola, tetapi juga untuk melihat bagaimana Aremania
menyanyi dan menari. Dulu menonton sepakbola di Gajayan hanyalah
monopoli orang-orang pribumi laki-laki, tapi kini perempuan dan
orang-orang keturunan Cina juga datang menonton ke stadion. Tak ada
lagi kerusuhan dan perkelahian.

"Cita-cita saya, pagar besi pembatas tribun dengan lapangan nanti
tidak perlu ada lagi. Jadi kita menonton sepakbola dengan enak, tidak
ada perkelahian, tidak ada suporter yang mengganggu pemain. Saya juga
ingin semua golongan bisa bersatu di sini. Kaya atau mniskin, laki-
laki atau perempuan, Cina atau bukan Cina, pejabat atau orang biasa,
Islam atau Kristen, di sini semuanya bisa sama," kata Yuli.

Kronik PERSIKAD

Juni, 2003
Diwarnai aksi mogok bermain dari Perserang, Persikad akhirnya lolos dari jurang degradasi Divisi I pada lanjutan kompetisi Divisi I Grup A di Stadion Pajajaran, Minggu (21/6). Pertandingan dihentikan pada menit ke-75 oleh wasit Drs. Adi Priyono, setelah terjadi kerusuhan antarpemain yang memaksa ofisial Perserang menolak untuk meneruskan pertandingan. Ofisial Perserang ini protes atas sikap wasit yang tidak tegas dalam memimpin pertandingan.

Dengan adanya mogok tanding dari Perserang ini, pengawas pertandingan memutuskan Persikad mendapat tambahan tiga gol sebagai hukuman atas Perserang yang menolak kembali bertanding. Tim asuhan Suryamin ini akhirnya unggul dengan skor 4-0. Semula, Persikad hanya mampu melesakkan satu gol pada menit ke-52 melalui kaki A. Kirom.

Pertandingan antara dua kesebelasan ini berlangsung ketat dan seimbang. Kedua kesebelasan bermain ngotot untuk menghindari terdegradasi ke Divisi II. Dimotori tiga pernyerangnya, sejak menit-menit awal para pemain Persikad langsung menyerang barisan pertahanan lawan. Baru empat menit pertandingan berjalan, sebuah tendangan keras dari kaki Mulyana nyaris merobek gawang Perserang yang dijaga Suherman. Untungnya bola lambung itu hanya membentur tiang gawang.

Ketatnya barisan belakang Perserang yang dimotori Komarudin, membuat para pemain Persikad kesulitan menembus. Perserang pun bukan tak sekali saja mengancam gawang Persikad yang dijaga Gatot Prasetyo.

Memasuki babak kedua, kedua kesebelasan mencoba bermain cepat. Persikad akhirnya unggul ketika menit ke-52 melalui serangan Heri Rafni Kotari yang menendang bola melambung ke arah gawang. Bola lambung itu langsung disambar A. Kirom yang berada dalam posisi bebas dan akhirnya merobek gawang Perserang.

Unggul 1-0, ternyata membuat Perserang tersengat untuk mengejar ketinggalanya dan kedua kesebelasan bermain keras cenderung kasar. Puncaknya, ketika pada menit ke-75 penyerang Persikad, Sinangjono, diganjal oleh pemain belakang Perserang Agus Susanto. Sebenarnya pelanggaran itu diawali Sinangjono yang mengganjal Agus dari belakang, tetapi wasit tak memberikan hukuman. Malahan wasit memberi kartu kuning untuk yang kedua kalinya kepada Agus. Hal ini yang memicu kubu Perserang tak menerima keputusan wasit sehingga Adi Priyono dikerubuti para pemain dan ofisial yang mengejar ke dalam lapangan. Tak puas dengan keputusan wasit ini, Perserang mogok bertanding. Pertandingan akhirnya dihentikan oleh pengawas pertandingan, setelah tim Perserang menyatakan tak mau lagi melanjutkan.

September, 2004
Tidak tuntasnya pertandingan Persikad Depok- Persekabpas Pasuruan pada Kompetisi Liga Divisi I Wilayah Barat, 29 September lalu, berbuntut ke persidangan Komisi Disiplin PSSI. Pada sidang kemarin, wakil dari kedua tim dan asisten wasit pertandingan memberikan keterangannya. Sayangnya, pengawas pertandingan dari PSSI dan wasit utama pertandingan tidak hadir.


Menurut Safril Arsad, Asisten Manajer Persikad Depok, ada banyak kepentingan dalam kasus ini, sehingga Persikad dirugikan. Ini dimulai sejak pra hingga saat pertandingan pada 29 September lalu di Pasuruan. Mulai dari pertemuan teknik sampai pertandingan berlangsung, sempat terjadi tiga kali pergantian wasit pemimpin pertandingan. Ketika pertandingan berlangsung baru sekitar sepuluh menit, wasit terpilih juga 'tumbang' di lapangan. "Anehnya, wasit kemudian beralih tangan ke Sri Mulyono, wasit dari pihak Pasuruan, bukan ke wasit cadangan yang sudah disediakan sebelumnya," kata Arsad.

Dalam kepemimpinan wasit itu, Persekabpas sempat memimpin 1-0 pada babak pertama, hingga kedudukan sama 1-1 pada babak kedua. Tapi pada menit ke-61, penonton tidak puas dengan kepemimpinan wasit, sehingga masuk ke lapangan dan terjadilah rusuh. Alhasil, pertandingan ditunda.

Setelah diadakan pertemuan teknik lagi, diputuskan, 30 September pertandingan dilanjutkan. Tapi dalam perjalanan ke stadion, tim Persikad dihadang massa hingga terjadi perusakan kendaraan. Kemudian, pengurus klub memutuskan untuk melaporkan kasus penyerangan itu ke Kepolisian Sektor Bangil, Pasuruan, dan membawa kembali tim ke Surabaya, tempat mereka tinggal.

Terpaksa, pertandingan tertunda lagi. Waktu jeda 30 September malam hingga 1 Oktober dini hari pun dipakai pelaksana pertandingan untuk mengadakan pertemuan teknik. Sayangnya, pihak Persikad tidak hadir, dan celakanya, keputusan lahir: pertandingan dilangsungkan pukul delapan pagi. Tentu saja ini mengagetkan pihak Persikad yang mengaku, baru mendapatkan kabar pada pukul dua pagi. Tarik ulur pun terjadi, mulai dari waktu sampai tempat pertandingan dilangsungkan. Singkat kata, akhirnya Persikad dinyatakan WO.

Kerugian bukan saja dialami Persikad. Persekabpas pun merasa dirugikan. Hanya saja pasalnya beda: kepemimpinan wasit Sri Mulyono dianggap tidak fair dengan mensahkan gol balasan Persikad yang berbau offside.

Apapun itu, pertandingan ini sangat berpengaruh bagi Persikad yang saat ini terancam degradasi ke Divisi II. "Pertandingan itu hidup mati kami. Jadi kami harus menang," kata Arsad.

Bagaimana Komdis menanggapi kasus ini? Menurut Togar Manahan Nero, Ketua Komdis PSSI, saat ini pihaknya hanya mendengarkan keterangan masing-masing pihak. "Kami akan konfirmasikan itu ke pihak penyelenggara, pengawas pertandingan dan wasit itu," katanya. Setelah itu, Komdis baru bisa memutuskan pada Jumat mendatang. Saat itulah, nasib Persikad si juru kunci Wilayah Barat Liga Divisi I ditentukan: apakah masih diberi kesempatan untuk melanjutkan pertandingan atau terjegal dengan keputusan WO, sehingga terdegradasi ke divisi II.



Maret, 2006
Persikab Kabupaten Bandung menelan kekecewaan setelah gagal menaklukkan tuan rumah Persikad Depok dalam lanjutan Kompetisi Divisi Satu Liga Indonesia 2006 di Stadion Merpati, Rabu (15/3). Hingga pertandingan berakhir, skor tetap imbang 0-0 (0-0). Hasil imbang ini sama-sama merupakan kegagalan bagi kedua tim. Sebab, dalam pertandingan pertama di kandang, Kamis (9/3) lalu, tim "Dalem Bandung" juga ditahan imbang 1- 1 (1 -0) oleh Persipur Purwodadi. Sedangkan bagi Persikad, hasil ini tidak memberikan peningkatan nilai yang signifikan setelah pekan lalu kalah telak dengan skor 1-3 melawan Persiku Kudus.

Dengan hasil ini, Persikab baru mengantongi nilai dua dari dua kali bertanding. Pelatih Persikab Lukas Tumbuan mengatakan, ia kecewa dengan hasil itu. Pasalnya, akumulasi nilai dari dua kali bermain seri masih jauh dari harapan.

"Inginnya tentu saja menang. Apalagi tadi banyak peluang, tetapi tidak gol juga," ujar Lukas."Kita memang belum beruntung sebab tadi beberapa kali bola sudah dekat gawang, tetapi selalu saja ada yang menghadang," kata Lukas menambahkan.

Pelatih yang pernah menimba ilmu sepak bola ke Belanda ini menyatakan, Ibi Kingsley dan kawan-kawan kurang konsentrasi saat bertanding. " Mereka terburu-buru dan tidak tenang. Mungkin karena ada keinginan besar untuk menang," katanya. Meski demikian, ia menilai permainan anak-anak asuhnya sudah meningkat dibanding saat bertanding melawan Persipur Purwodadi. "Komunikasi antar- pemain sudah baik dan mereka punya tanggung jawab saat bermain," ujar Lukas memuji anak buahnya.

Melihat penampilan Persikad Depok, Lukas menilai mereka layak menjadi tim masa depan. Pertahanan mereka cukup bagus dan sulit ditembus. "Mungkin karena ada beberapa pemain asing yang masuk, jadi semangatnya beda," ujarnya. Selain itu, kata dia, Persikad memiliki pelatih yang bagus, yakni mantan asisten Arcan Iurie Anatolievici yang kini memegang Persib Bandung. Menghadapi Persibat Batang di Stadion Si Jalak Harupat, Minggu (19/3) nanti, Lukas sangat berharap timnya bisa meraih kemenangan. Depok mengaku kecewa

Ketua Harian Persikad Depok, Gandara, ketika dihubungi melalui sambungan telepon dari Bandung mengaku kecewa dengan hasil kacamata ini.

"Yang jelas, kami kecewa anak-anak tidak bisa memanfaatkan beberapa peluang mencetak gol ke gawang Persikab," tuturnya. Selain itu, kekecewaan juga terjadi karena dalam pertandingan kali ini Persikad bertindak sebagai tuan rumah.

Gandara mengakui, dalam pertandingan kali ini pertahanan Persikab yang digalang sang kapten Ahmad Syafei memang bagus dan sulit ditembus para penyerang Persikad. "Kami punya beberapa peluang untuk mencetak angka, tapi sepertinya para pemain terlalu terburu- buru dalam penyelesaian akhir," ujarnya.

Gandara juga menyatakan, ketidakhadiran penyerang andalan mereka Many Charles dalam pertandingan kali ini memang sangat terasa. Menurut dia, bila Many bermain dalam pertandingan itu, peluang Persikad untuk memenangkan pertandingan sangat besar. "Many adalah tipe pemain yang bisa mendobrak pertahanan lawan. Mungkin kalau dia tadi bertanding, pertahanan Persikab bisa didobrak," ujarnya.

Dia berharap agar pada pertandingan mendatang melawan Persikabo Bogor, Many bisa bermain. Selain itu, Gandara juga menekankan agar pelatih Persikad segera memperbaiki lini tengah agar aliran bola ke penyerang menjadi lebih baik.

Mei, 2006

PSIM Yogyakarta yakin bakal mengalahkan Persikad Depok di stadion Mandala Krida, Yogyakarta, sehingga lolos ke putaran berikutnya Piala Copa Indonesia 2006. PSIM percaya diri karena sebelumnya mampu menahan Persikad 0-0 pada pertandingan pertama di Depok, Jawa Barat.


"Kemarin kami mampu menahan imbang. Untuk pertandingan kedua di kandang, kami hanya butuh satu gol,” kata Menejer PSIM, Nugroho Swasto, di Yogyakarta kemarin. Menurut dia, pada pertandingan leg kedua di Mandala Krida, PSIM akan menurunkan mayoritas pemain lapis kedua, yang sering menduduki bangku cadangan dalam pertandingan Divisi Utama.

Ia optimistis mereka mampu menundukkan Persikad sebab para bekas pemain cadangan itu tentu akan menunjukkan kemampuan agar bisa bermain dalam pertandingan Kompetisi Liga. Apalagi, bagi PSIM Piala Copa bukanlah prioritas utama. “Hanya menjadi ajang bagi pemain lapis dua untuk menunjukkan kemampuannya.”

Juni, 2007

Kubu Persikad Depok menuding wasit Erwin Winter (Jakarta) mengkorupsi injury time saat tim Kota Depok itu dikalahkan Pro Duta Bandung 1-0 (1-0) pada pertandingan lanjutan Kompetisi Divisi I PSSI grup II di Stadion Siliwangi Bandung, Sabtu (30/06).

Official Persikad memprotes keputusan wasit yang hanya memberikan tambahan waktu selama satu menit, padahal menurut mereka seharusnya wasit memberikan tambahan waktu lebih dari satu menit karena waktu pertandingan banyak dihentikan akibat ada pemain Pro Duta yang terkapar.

"Saya menghitung sedikitnya ada enam kali tandu masuk ke dalam lapangan, seharusnya tambahan waktu bisa mencapai tiga hingga empat menit. Ini kok hanya satu menit. Kami akan protes ini," kata Manajer Tim Persikad, Hasbullah seusai pertandingan.

Pihaknya akan melakukan rapat khusus dengan para pengurus untuk selanjutnya melayangkan surat ke BLI atas kejadian itu.

Hasbullah berpendapat, keputusan wasit itu hanya menguntungkan Pro Duta Bandung yang saat itu sudah 'terkurung' habis-habisan.

"Bila injury time itu wajar, kami terima kekalahan ini dengan lapang dada. Lha ini hanya satu menit, sedangkan enam kali tandu masuk ke dalam lapangan, kami kecewa," kata Hasbullah.

Sementara itu inspektur pertandingan, Miskamto mengatakan, keputusan untuk menentukan injury time ada di tangan wasit yang memimpin pertandingan yang kemudian mengkomunikasikannya kepada wasit II cadangan untuk memberitahukan lama waktu perpanjangan waktu itu.

"Keputusan lama injury time ada di tangan wasit, peraturannya begitu. Mau berapa lama waktu perpanjangan waktu tergantung keputusan dia, tidak bisa diganggu gugat," kata Miskamto.

Ia membenarkan lama injury time pada pertandingan itu satu menit dan Inspektur Pertandingan hanya mengawasi jalannya pertandingan saja karena kewenangan injury time ada di tangan wasit


Agt 2007,
Hasil Divisi I Liga Indonesia XIII

Minggu, 5 Agustus 2007
Grup Satu
PSAP Sigli: 3
Pecetak Gol:- Wanderson (1’, 30’), Wahyudi (68’)

PSKPS Padang Sidempuan: 2
Pencetak Gol: Camara Sita (6’), Mousa (22’)


PSLS Lhokseumawe: 2
Pencetak gol: Zulkarnaen (38’) , Alberto Gonzales (46’).

PSPS Pekanbaru: 1
Pencetak gol: M Zahrul Azhar (74’)


PSBL Langsa: 3
Pencetak Gol: Tibidi Alexis (27’, 44’), Nkomo J.M Betrand (29’)

PS Palembang: 1
Pencetak gol: Carlos Cacares (83’).


PSP Padang: 2
Pencetak gol: Wanjou Oliver (30’), Patricio Mota (55’ pen)

Persih Tembilahan: 1
Pencetak gol: Bako Sadissou (90’)

Klasemen Sementara
1. PSAP 14 8 3 3 23-11 27
2.(4) PSP 12 7 1 4 14-14 22
3.(5) PSLS 14 6 3 5 14-14 21
4.(2) PSPS 13 6 2 5 18-16 20
5.(3) Persih 12 6 2 4 15-13 20
6. PSBL Lampung 13 5 2 6 10-16 17
7. PSKPS 13 3 3 7 13-16 12
8.(9) PSBL Langsa 12 3 3 6 12-21 12
9.(8) PS Palembang 13 4 1 8 19-21 11
* Perubahan setelah Medan Jaya mundur dari Kompetisi


Daftar Pencetak Gol:

14 gol: Wanderson (PSAP)

9 gol: Tibidi Alexis (PSBL Langsa), Carlos Caceres (PS Palembang),

8 gol: Wagner (PSAP)

6 gol: Bako Sadisso (Persih),

5 gol: Augustine Kettor (PS Palembang), Peter M Kuah (PSKPS)

4 gol: Alberto Gonzales (PSLS), Suryadi Karimudin (PSAP), M. Zyahrul Azhar, Dzumafu E Herman (PSPS) Mouchtar Fofana (PSBL Lampung),

3 gol: Sylla Bamba (PSBL Lampung), Coneceicao, Angel Alfredo Vera (PSAP), Patrio Mota 1-pen, Wonjau Oliver, Josimar Braga, Mahmud Aziz (PSP), Machio Malou (PSLS), , Isnaini, Bikoi Daniel Ose (PSPS)

2 gol: Camara Fossawa, Mousa Keita, Dian Kristanto (PSKPS), Zulkarnain (PSPS), Peddie, Faisal (Ps Palembang), Hicam, Suwarno (PSP) Felix Obinna (Medan Jaya), Subari, Suroso (PSBL Lampung) Renato Fernandes (PSBL Langsa), Jajang Hasan, Agus Budianto, Iip Afriadi (Persih) M Isa 1-pen, Zulkarnain (PSLS)

1 gol: Nkomo JM Betrand, Hendri Gobah (PSBL Langsa) Efriandi, Syaiful, Roni Mandro (PSP), Camara Sekau -1 pen, Kande 1-pen, Karisman L, Ronggo Hadi (Medan J ), Wahyudi, George Masatu 1 pen, Helmi Daud, Irfan Yasin (PSAP), Zulkarnain, Hendry Zabon, Cesar Bravo, Suherman, Rasyidin (PSLS), Ahmad Sumardi, Rinaldi Sembiring, Safari (PSKPS), Martin Sebastian, Daniel Bikoi, Irwanto, Ade Suhendra (PSPS), Pangah M, Ade Suhendra, Evandro (Persih), Heri, Wibowo (PSBL Lampung), Gandi, Ferry (PS Palembang)



Grup 2

PSB Bogor: 2
Pencetak gol: Roni Togubu (46’ pen), Adam Tamagola (69’)

Persipur Purwodadi: 8
Pencetak gol: Charles Orock (16’, 60’, 70’), Daniel Nivanko (77’, 83, 84’), Pranada, 48’, Sumarso 56’.


Persikad Depok: 3
Pencetak gol : Yusuke Sasa (1’), Irfan Safari Boax (57’), M Husen(75’)

Persebi Boyolali: 0


Perserang Serang: 1
Pencetak gol: Peri Sah Kollie (17’)

Persikab Kab Bandung: 0


Persipasi Bekasi: 0

Produta Bandung: 0


Persiku Kudus: 3
Pencetak gol: Agus Santiko (29’), Adrian Colombo (68’,71’)

Persibat Batang: 2
Pencetak gol: Rony Van Carvalho (49’), Thomas Mashalla (86’)


Klasemen Sementara
1. Persikad 15 9 2 4 24-14 29
2. Persiku 14 7 5 2 26-17 26
3. Persibat 14 7 2 5 19-13 23
4.(5) Produta 15 6 4 5 14-12 22
5.(4) Persikab 15 6 3 6 24-18 21
6.(7) Persipur 14 6 2 6 23-17 20
7.(6) Perserang 14 5 5 4 17-16 20
8.(9) Persipasi 14 2 7 5 10-15 13
9.(8) Persebi 14 3 4 7 9-21 13
10. PSB 15 2 3 10 14-37 9


Daftar Pencetak gol:

10 gol: Peri Sah Kollie 2-pen (Perserang)

7 gol: Orock Charles (Persipur), Agus Santiko 1-pen (Persiku),

5 gol: Daniel Nwanko (Persipur), Roni Von Carvalho (Persibat), Adrian Colombo 1-pen, Cristian Gonzales 1-pen (Persiku)

4 gol: Roni Togubu 2-pen, Gondo Anggodo (PSB), Wallace Dos Santos (Persipasi) Budiman Yunus (Persibat) Irfan Safarti Boak, Boumsong, Abdul Manan (Persikad) Simomo Betrand 1-pen (Persipur), Tantan, Kotto Ekoka (Persikab)

3 gol: Prananda Aditya (Persipur) Yusuke Sasa (Persikad), Usman Rusmana, Worrawut Wangsawat 1-pen (Persikab), Arif Kurniawan (Perserang), Julio Munoz, Miguel Rivera -2 pen (Produta) Suari (Persibat),

2 gol: Toure Marlaye (Persikab) Junior Rafael, Sahroni (Persikad), Anwaruddin, Wahyu Teguh (Persikab) Ruhiyat (Produta), Nurcoyo (Persibat), Santoso, Khusaeri, Suprapto (Persiku) Martino, Sutrisno, Wegig Sutopo (Persebi), Dodi Hidayat 1-pen, Ramdani (Persipasi)

1 gol: Octavio Pozo, Nana Priatna (Persiku) Adam Tomagola, M. Arisandi, Dharma Kusuma (PSB) Supriyadi, William Rashidi, Hasanudin (Perserang), Erwin Wijaya 1-pen, Irwan Hartanto, Adi Pranugraha (Persebi), M Husein, Dedi Umarella 1-pen, Nana Onana (Persikad), Sumardi, Willy Da Silva (Persipasi), Sumarso, Maiket, Bangun Ujiono, Beni Kunkun (Persipur), Heru Purwono, Deden Suhendar, Sapto Widiantoro (Persibat), Tantan, Hendi Ramadan (Persikab), Miguel Rivera, Asep Mulyana, Khair Rifo, Jaja Hidayat, Cristoper Leon, Ari Yulianto (Produta)

Bunuh Diri:
1 gol: Suheri (Persikad), Ibie Kingsley (Persibat)



Grup 3

Persiba Bantul: 3
Pencetak gol: Ezequiel Gonzales (46’ dan 56’), Muhammad Eksan (59’).

Persipro Probolinggo: 0


PSIR Rembang: 2
Pencetak gol: Mugiarso (7’), Yunior (13’)

Persid Jember: 0


Persepar Palangkaraya: 2
Pencetak Gol: M. Heppy (16’), P Brown (73’)

Persibo Bojonegoro: 2
Pencetak Gol: David Brown (34’ bunuh diri), Reggie Radityo (76’)


Persipon Pontianak: 2
Pencetak gol: AM.Dillah (10’), Wiliam (23’)

PSMP Mojokerto: 1
Pencetk gol: Anderson (33’)


Persedikab Kab Kediri: 0

Gresik United: 2
Pencetak Gol: Marcos Santana (31’), Ainur Rochim (75’)


Klasemen Sementara

1. Persibo 15 9 4 2 22-9 31
2. PSIR 15 10 0 5 29-16 30
3. Persiba Bantul 15 9 3 3 28-14 30
4. Gresik United 14 8 2 4 21-15 26
5. Persid 14 7 1 6 15-14 22
6. PSMP 15 5 3 7 18-17 18
7. Persipon 14 5 2 7 17-24 17
8. Persepar 14 3 5 6 14-22 14
9. Persipro 14 2 2 10 6-24 8
10. Persedikab 14 1 4 9 16-31 7


Daftar Pencetak gol:

10 gol: AM Dillah (Persipon)

9 gol: Benny Hartanto (PSIR)

8 gol: Anderson (PSMP), Denilson (Gresik United)

7 gol: M Eksan (Persiba) Orok Cyril (Persedikab), Kieta Sidiki Bakari (PSIR),

6 gol: Ezequil Gonzales (Persiba) Varney Pas Boakay (Persibo), Amos Marah (Persid),

5 gol: Ahmad Faisal (Persepar), Ali Usman (Persibo)

4 gol: Ainur Rochim (Gresik United), Willian 1-pen (Persipon),

3 gol: Ademilton Lima (Gresik Unite), Ferdinand (Persedikab) Yulianto, Hadi Surento (PSIR), Samsudin Hamid 1-pen (Persipro) Fariz Aditama (Persedikab), Owang Abonk Crepin 1 pen (Persiba) Wahyudianto (Persiba)

2 gol: Mugiarso, Febi Martika 2-pen (Persiba), Joni Wahyudi (PSMP), Reiggie Raidityo, Roni Irawan, Iswandi Dai 2-pen (Persibo), Ibnu Suhadak (Persipro), Marcos Santana, Yance Katehokang (Gresik United) Leandro Colimeri 2-pen (Persepar), Rufus Salue, Misnadi, Slamet Sampurno (Persid)

1 gol: Josef, Udik Sugianto, Tapip Hidayat (Persiba), M Heppy, D Brown, Wellington, A Faisal, Didi G Paroy, Risdianto (Persepar) Orry Kambuaya, Aris Tuansyah (Gresik United), M Arif, Basri , Nicolas Jhon (Persipon), Alfian M Rifai, Hasan Souaid, Taufik Saleh, Dedi Komara, Eko Suharyanto, Aang Baktiawan, Bambang K, Artur Fred (PSMP), Tomi Triono (Persiba), Yunior, Suyono, Arif Basuki (PSIR), Sugiyanto (Persipro), Bruno Zandonadi, Kubay Quqiyan, Emeka (Persid), Syamsul Arief, Bambang Sumantri, Eugene Gray, Heri Purnomo (Persibo), Andre Maulana, Joko, Ifanichi Christoper (Persedikab)

Gol Bunuh Diri:
1 gol: David Brown (Persepar) Abdul Makarim (Persedikab)



Grup 4

Persipal Palu:

Persipare Pare Pare:
(Bertanding hari ini)


Mitra Kukar: 3
Pencetak Gol: Carlos Bergotini (26’), Alfredo F (67’), Sebastian Balbi (88’)

Persisam Samarinda: 2
Pencetak Gol: Alamsyah (47’), Christian Olivera (74’)


Persidago Gorontalo:

Persemalra Tual:
(bertanding hari ini)


Klasemen Sementara

1. Mitra Kukar 13 9 0 4 28-16 27
2. Persisam 13 8 0 5 26-16 24
3.(4) Persigo 13 7 2 4 21-15 23
4.(3) Persekaba 13 6 3 4 14-12 21
5. Persipal 12 5 2 5 15-15 17
6. Persidago 12 4 3 5 14-24 15
7. Persidafon 13 4 2 7 10-14 14
8. Persemalra 12 3 2 7 10-18 11
9. Persipare 11 2 2 7 13-21 8


Daftar Pencetak gol:

7 gol: Iswanto (Mitra Kukar)

6 gol: Sebastian Balbi (Mitra Kukar), Alamsyah 1-pen (Persisam)Vouldier da Silva 3-pen (Persipal),

5 gol: Syilla Dauda, Michael Bokar (Persekaba),

4 gol: Otto Weah (Persidago), John Pattikawa (Persemalra), Mahmud Amiri (Persidago) Andry Abubakar,
Iksan Abubakar, Claudio Martinez (Persigo), Cristiano Olivera, Jean Paul Boumsong 1-pen (Persisam)

3 gol: Kholis (Persisam), Aken Nawardan (Persemalra), Hamdi Haya (Persipare), Barry Hadi (Persipal), Huberto Monim, Etim Anthoni (Persekaba), Alfredo Figueroa, Carlos Andre 1-pen (Mitra Kukar)

2 gol: Henry Joel (Persigo), Denimar (Persisam), Lukas Rumkabu, Junior (Persdiafon), Sabeni, Aslan, Naby Silla 1- pen (Persipare), Iwan Santori (Persipal), Carlos Bergitini, M Arif (Mitra Kukar)

1 gol: Yonas Sinery (Persidago), Raymond, Eduard Isir, Trevor Duaramuri, Yoas Tecuari, Luiz Feitoza, Christian Elembe (Persidafon), Zulham M Zamrun, Rusdiyanto Pulukadang, Marwan Muhamad, Dulsan Lestaluhu (Persigo), Luis Edmundo, Ridwansyah, Emanuel Diaz, Nurdiansyah, Uci Sanusi (Mitra K), Arman AR, Supratman, Oye K Alaso, Erick Manga, Yus Arfandi (Persisam) Ambon Rumangun, Hugo Kaberi, Lukas Latuperissa, Alex Bless (Persemalra) Gustav, Nobon KS, Samsul Bahri (Persipal), Armand Mial, Yusak Mose, Cise Moumadou (Persekaba), Adi Jimmi, Abdi Persada (Persipare)


September 2007

Impian Mitra Kukar merengkuh gelar jawara Divisi Satu Liga Indonesia 2007 kandas di tengah jalan. Dalam partai semifinal menghadapi Persikad Depok di Stadion Manahan Solo, MItra Kukar secara tragis kalah melalui adu pinalti yang berkesudahan 5-3 untuk Persikad Depok.

- Persikad Depok akan mengusut gol kontroversial Persibo Bojonegoro pada final Divisi I 2007, di Stadion Manahan Solo, Sabtu (8/9) lalu. Tim \"Pendekar Ciliwung\" takluk 1-0 dan harus puas menjadi runner-up.
Saya rasa gol itu tidak sah. Saya minta tim manajemen Persikad segera membuat laporan kepada PSSI untuk ditindak lanjuti. Saat ini kita masih menunggu dokuen-dokumen gambar dari stasiun televisi yang meliput malam itu, kata Nur Mahmudi Ismail, Walikota Depok, Selasa (11/9).
Tim Persikad tiba di Balaikota pukul 10.30 WIB dan langsung di arak menuju Stadion Merpati, melalui Jl. Margonda Raya dan Dewi Sartika. Meski terlampau telat dari waktu yang ditentukan, yakni pukul 09.00. Namun, suporter fanatik Depok Mania tetap menunggu tim kesayangannya tiba.
Kali pertama dalam sejarah akhirnya tim kebanggaan warga Depok ini dapat berlaga di Divisi Utama musim depan. Dibawah asuhan Meiyadi Rakasiwi yang telah menyulap sepakbola Depok, tidak boleh di pandang sebelah mata lagi.
Selain menjadi runner-up, Abdul Manan cs juga dinobatkan menjadi tim fair play Divisi I musim ini. Persikad ditunjuk oleh PSSI sebagai tim yang tidak neko-neko selama pertandingan kompetisi Divisi I berlangsung, timpal Manajer Persikad, Hasbullah Rahmad.

Oktober, 2007

Persib Bandung berhasil ditahan imbang Persikad Depok dengan skor 1-1 (1-0), dalam pertandingan lanjutan kompetisi PSSI U-23 Wilayah I Grup M di Stadion Sriwedari Solo, Jumat.


Gol tunggal Persib dicetak oleh Wildansyah (11) pada menit ke-19 babak pertama, sedangkan gol Persikad disarangkan oleh F Manan (13) pada menit ke-25 babak kedua.

Pada babak pertama, Persib Bandung lebih mendominasi pertandingan. Serangan-serangan yang dibangun anak-anak Bandung ini baru membuahkan hasil pada menit ke-19.

Memasuki babak kedua, Persikad yang tertinggal 0-1, berinisiatif untuk menyerang.

Beberapa peluang yang tercipta belum mampu menghasilkan gol, sementara Persib sesekali melakukan serangan dengan memanfaatkan serangan balik.

Usaha Persikad untuk menyamakan kedudukan akhirnya berhasil setelah pada menit ke-70, Persikad memperoleh hadiah tendangan bebas karena salah seorang pemainnya dijatuhkan di dekat kotak penalti.

F.Manan yang diserahi tugas untuk melakukan tendangan bebas melakukan tugasnya dengan baik, sehingga skor berubah menjadi 1-1.

Persib yang membutuhkan kemenangan untuk mempertahankan peluangnya lolos ke babak selanjutnya meningkatkan serangannya.

Pertandingan keras ditunjukkan pemain antar kedua tim, bahkan tidak jarang menjurus ke perkelahian.

Namun, hingga peluit akhir dibunyikan Wasit Taryono, skor imbang 1-1 tetap bertahan.

Seusai pertandingan, sejumlah pemain serta official Persib Bandung mengerubuti wasit. Mereka kecewa dengan kepemimpinan wasit yang dinilai berat sebelah saat memimpin pertandingan babak kedua.

Wasit Taryono yang dikerubuti sejumlah pemain Persib tersebut segera diamankan ke ruang ganti oleh petugas keamanan.

Tentang Persikad Superdepok

Persikad adalah singkatan dari Persatuan Sepak bola Indonesia Kota Depok. Persikad adalah klub sepak bola yang berasal dari kota Depok, Jawa Barat. Sekarang Persikad masih bermain di kompetisi Divisi Satu, Liga Indonesia.

Superdepok adalah organisasi fans Persikad yang muncul atas inisiatif independen warga Depok. Ide ini bermula muncul dari 5 warga Depok penggila bola, yang sangat peduli pada Persikad. Secara perlahan tapi pasti, Superdepok mengorganisasikan fans Persikad dari pelbagai penjuru Depok. Mereka membuat banner Persikad Superdepok yang berwarna dasar biru dengan visual art kepala srigala yang mengaum karya Bob Oi. Banner Superdepok itu menarik perhatian suporter Persikad yang gegap gempita memberi semangat pada tim Persikad. Selanjutnya, Superdepok membuat kaos dengan ikon kepala srigala dengan warna dasar biru yang kini tersebar di setiap pelosok Depok. Superdepok dalam waktu dekat akan membirukan setiap stadion di mana pun Persikad bermain dengan kaos biru bergambar srigala yang mangaum mematahkan nyali tim lawan Persikad.